REVIEW ALBUM HOT SPACE (1982) oleh Arif Nur Cahyo
Hot Space merupakan album studio Queen yang ke-10 yang dirilis pada bulan Mei 1982. Album ini memiliki keunikan tersendiri karena untuk pertama kalinya Queen membuat sebuah nuansa baru dengan memasukkan unsur music Disko di dalamnya. Hot Space ini bisa dianggap sebagai bentuk eksperimen Queen terhadap genre baru seperti yang sebelumnya pernah pada A Night At The Opera, dimana Queen berusaha memasukkan unsur music opera ke dalam musik Rock khususnya dalam lagu Bohemian Rhapsody. Unsur music Disko dan Funk ini diperkuat dengan mengundang Arif Mardin (seorang komposer musik spesialis aliran Jazz, Funk dan R n B dari Amerika Serikat)
Eksperimen music disko dalam pembuatan album Hot Space ini merupakan sebuah tantangan terbesar yang dihadapi oleh band legendaris tersebut. Alasannya adalah pertama, imej Queen dengan yang erat dengan musik heavy rock (walau sebagian ada yang mengaitkannya dengan progresif rock dan tradisional rock) sehingga wajar bila banyak yang menganggap bahwa album ini terkesan keluar dari “pakem” yang sudah diterapkan oleh Queen sejak band tersebut mulai eksis pada tahun 1971. Kedua, adalah kejutan yang dibuat oleh Queen yang sejak album The Game semakin meninggalkan unsur “rock tradisional”nya ketika Freddie Mercury memperkenalkan Synthesizer dalam album The Game. Memasuki album Hot Space, tidak hanya Syntheseizer, drum machine hingga penggunaan brass section merupakan sebuah surprise komplit bagi para penggemar Queen mengingat dalam kasus album The Game, walaupun Synthesizer digunakan namun hanya pada lagu tertentu saja seperti Play The Game dan Another One Bites The Dust.
Rilisan Hot Space |
Berikut ini review lagu-lagu Hot Space
STAYING POWER
Merupakan lagu dengan nuansa music funk yang sangat kental. Hal ini tidak lepas dari peran sang Maestro music Jazz, Funk dan RnB, Amerika Serikat, Arif Mardin yang juga pernah menangani Chaka Khan, Bee Gees dan Arertha Franklin. Pada lagu ini, hampir tidak dikenal ciri khas musik Rock yang selama ini melekat dengan Queen selama satu decade. Unsur musik dalam lagu ini didominasi oleh Syntheseizer, Drum Machine, dan Brass Section sehingga seiklas terlihat benar-benar seperti sebuah lagu Disko tahun 1980an. Ketika dibawakan secara live (dalam Hot Space tour), lagu ini justru jauh lebih baik dengan speed yang lebih cepat, penggunaan synthesizer yang minim (didominasi oleh permainan gitar Brian May) dan sebuah kejutan yang cukup unik: John Deacon untuk pertama kalinya bermain Gitar secara live.
DANCER
Dancer bisa dibilang merupakan lagu yang benar-benar memberi gambaran kepada para pendengar mengenai konsep Album Hot Space yaitu sebuah fusi antara music rock dengan disko. Bisa kita dengar dari perpaduan riff gitar Brian May dengan Synthesizer Oberheim OB-Xa yang difungsikan utnuk mengisi unsur ritmiknya (berfungsi pengganti suara gitar bass)
BACK CHAT
Setelah sukses dengan “Another One Bites The Dust” John Deacon kembali berupaya untuk menciptakan sebuah lagu yang terinspirasi dari musik kulit hitam Amerika Serikat tersebut. Lagu Back Chat kali ini bisa dikatakan adalah hasil dari upaya tersebut. Ritmik Gitar dalam lagu tersebut sangat bernuansa “Motown” yang kental akan musik funk, soul dan RnB nya. Namun seperti halnya lagu-lagu 1980an pada umumnya, penggunaan Synthesizer dan Drum Machine tetap tidak ketinggalan. Back Chat ini menjadi salah single Queen yang dilengkapi video promonya. Dalam video ini ada dua hal yang unik yaitu pertama kalinya John Deacon menggunakan bass fender Stratocaster tahun 1951 untuk video klip dan Brian May yang kembali menggunakan fender telecaster (walau warnanya berbeda dengan yang digunakan Brian May dalam lagu “Crazy Little Thing Called Love”)
BODY LANGUAGE
Setelah sebelumnya disuguhkan dengan lagu Get Down, Make Love, kini Freddie Mercury kembali menciptakan lagu-lagu bernuansa sensual dalam album ini yang berjudul Body Language. Suara desahan yang terdengar dan promo videonya yang dianggap terlalu “vulgar” mengundang banyak sensor di beberapa negara. Tapi yang terpenting bukan masalah desahan dan video promonya, melainkan lagu ini kembali menunjukkan bahwa musik Queen saat itu sedang keluar dari jalur pakemnya. Buktinya sederhana, hampir tidak terdengar riff-riff gitar khas Brian May ataupun gebukan drum ala Roger Taylor. Semuanya dikendalikan oleh dua instrument yaitu Synthesizer dan Drum machine.
ACTION THIS DAY
Lagu ini diciptakan olegh Roger Taylor yang judulnya terinspirasi dari quotesnya Winston Churcill. Kembali, kasusnya tidak jauh berbeda dengan Staying Power dan Body Language. Lagu ini juga tidak memiliki citarasa musik Rock yang sudah melekat sangat kuat dengan Queen. Lagu inipun juga sebenarnya jauh dari konsep musik personal dari Roger Taylor yang berorientasi kepada heavy rock n roll (kecuali kasus khusus yaitu Radio Ga Ga). Tidak ada riff gitar, hanya drum machine, synthesizer dan saksofon.
PUT OUT THE FIRE
Bisa dikatakan lagu ini hanya satu-satunya lagu di album Hot Space yang menunjukkan karakter musik rock Queen. Permainan gitar solo Brian dalam lagu ini semakin menguatkan unsur rock tersebut walaupun Brian mengakui dalam interviewnya ia mengerjakan solo gitarnya tersebut dalam keadaan mabuk. No Synthesizer and No Drum Machine. Perhatikan Lirik awal lagu berikut ini
They Called him a Hero
In The Land Of Free
But He wouldn’t shake my hand boy
He disappointed me
So I got my hand gun and I blew him away
Lirik ini mungkin terdengar biasa saja entah mungkin sebuah perasaan dendam yang berujunng pembunuhan atau sebuah peperangan yang tidak perlu. Namun bisa dicermati dalam konteks waktu saat pembuatan lagu beserta album ini. Memasuki dekade 1980an, dunia dikejutkan oleh pembunuhan seorang musisi, sekaligus penyanyi legendaris dari grup band The Beatles yaitu John Lennon. Apabila kita mencermati sepak terjang John Lennon selama hidupnya sebagai imigran di Amerika Serikat dan kronologis pembunuhannya sangat meungkin kita akan memahami maksud dari bait awal lagu tersebut.
LIFE IS REAL
Satu-satunya lagu balada Queen dalam album ini. Keberadaan lagu ini secara tidak langsung juga bentuk pelanggaran Queen terhadap pakem konsep yang sudah dibuat dalam album Hot Space yaitu konsep album bernuansa Disco Rock. Namun sepertinya perasaan sentimentil atas kematian musisi senior sekaligus idola bagi beberapa personil Queen khususnya Freddie Mercury pada akhirnya mendorong untuk mengesampingkan konsep tersebut dengan mempersembahkan sebuah lagu untuk sang idola, John Lennon yang mati terbunuh pada tanggal 8 Desember 1980.
CALLING ALL GIRLS
Merupakan lagu ciptaan Roger Taylor yang dianggap memiliki karakter Funk Rock (menurut en.wikipedia,com). Lirik dalam lagu ini simple dan mudah untuk diingat. Walau diaanggap sebagai lagu bergenre Funk Rock, penggunaan gitar akustik yang sangat dominan dalam lagu ini membuat pendengar yang masih cukup awam menganggap sebagai sebuah lagu pop biasa.
LAS PALABRAS DE AMOR
Suara Keyboard Brian, Harmoni vocal dari Roger, Brian dan Freddie, serta lick bass dari John Deacon sangat menyatu dengan baik dalam lagu ini. Walaupun lagu ini bisa dibilang sebuah bentuk kontradiksi dari konsep Hot Space sebenarnya yang mengedepankan fusi antara funk, disco, RnB, dengan rock. Lagu ini sangat kental bernuansa pop rock. Namun kembali kepada masalah sentimental. Queen hendak mempersembahkan lagu ini kepada seluruh fansnya yang berada di Amerika Latin. Beberapa review ada yang mengatakan lagu ini menyindir kebijakan Inggris untuk berperang dengan Argentina dalam kasus pulau Malvinas.
COOL CAT
Riif gitar dalam lagu ini sangat catchy, dan kredit terbesar patut diberikan kepada John Deacon yang telah memainkan gitar, bass, drum dan synthesizer dalam lagu tersebut. Lagu ini juga memberi sebuah kejutan kecil yaitu kemampuan Freddie untuk menyanyi falsetto. Pada album-album sebelumnya jarang kita mendengar Freddie menyanyikan sebuah lagu secara falsetto.
UNDER PRESSURE
Apabila dalam lagu Cool Cat, kita disuguhkan permainan gitar yang sangat indah dari John Deacon, maka pada album ini kita akan mendengar permainan bass John Deacon yang simpel dan unik. Tidak heran apabila bass line ini menjadi sebuah trademark bagi lagu ini. Perbedaan warna vocal David Bowie dan Freddie Mercury yang cukup jauh namun menghasilkan sebuah kolaborasi vocal yang unik. Pada lagu inilah kemampuan falsetto Freddie mencapai puncaknya karena sejak album ini baik dalam tur maupun album Freddie tidak mampu melakukan yang persis seperti lagu ini.
HASIL AKHIR
Konsep eksperimental Queen untuk menggabungkan musik disco, funk dan RnB dengan musik Rock pada akhirnya mengalami kegagalan secara komersial. Banyak dari singelnya tidak mencapai top 10 hits baik di Inggris, Eropa maupun Amerika Serikat. Hanya Under Pressure (single yang dirilis sebelum album ini dibuat) berhasil mencapai peringkat pertama di Inggris, Argentina dan Eropa (menurut booklet Greatest Hits II). Pembuatan Album yang dibarengi oleh jadwal konser yang padat membuat kualitas album ini menurun. Sehingga wajar ketika Queen pada akhirnya memutuskan untuk vakum selama satu tahun pada tahun 1983 sebagai dampak dari tur yang mmelelahkan dan kegagalan album Hot Space ini.
koleksi album: Danang Suryono
Ngebayangin kalo lagu dancer vocalnya oleh Michael Jackson..
ReplyDeleteAlo Mas Arif dan semua rekan-rekan...
ReplyDeleteSaya menyukai penggunaan synthesizer dan bunyi-bunyi yang dihasilkannya seperti di album-album band Prog-Rock atau band-band new wave/ synth-pop. Tapi begitu Queen di album Hot Space memilih pakai synthesizer dibandingkan piano akustik seperti di album-album mereka era 70an, sulit awal bagi saya buat menerimanya. Mungkin image "traditional classic rock" yang diciptakan Queen di album-album sebelumnya sudah begitu melekat terpatri di memori otak saya , jadi begitu ada yang beda langsung reluctant, hehehe...
Tapi ini hanya awalnya saja, lama kelamaan saya bisa menerima dan menikmati album Hot Space, malah sudah punya kasetnya masih beli juga cd versi double cd nya, untung gak ketahuan istri, hahaha...