Monday, 1 June 2015

A Tribute To Queen: Upaya Merawat Hegemoni Queen di Pentas Musik Dunia

Don’t stop me now! I’m having such a good time...

Penggemar Queen se-Jakarta dan sekitarnya benar-benar ‘having a good time’ seperti di lagu Don’t Stop Me Now pada Sabtu (30/5) malam lalu. Mengapa kah?
Poster 'A Night at Taman Suropati'
Queenindo bersama Suropati Art menyelenggarakan malam tribut bagi band fenomenal Queen bertajuk “A Night at Taman Suropati (A Tribute to Queen)”. Acara ini bertempat di Taman Suropati dan diramaikan oleh penampilan band cover yang membawakan lagu-lagu hits band rock legendaris tersebut.

Acara ini dimulai pukul 21.00. Namun sejak selepas maghrib, para anggota Queenindo sudah ramai berlalu-lalang di sekitar Taman Suropati untuk membagikan selebaran dan stiker kepada orang-orang yang sedang berada di sekitar lokasi. Selain itu, sebelum acara utama dimulai, terdapat pula memorabilia dan merchandise Queen yang dipamerkan. Semacam pengisi waktu supaya tidak bosan menunggu acara utama.
Pameran merchandise Queen
Ada 4 band cover yang membawakan lagu-lagu dari Queen. Mereka adalah band dari Komunitas Suropati Art (yang membawakan lagu pembuka Don’t Stop Me Now), Dynamite, Made In Heaven, dan Good Company. Dari keempat band tersebut, Made In Heaven paling mendapat sorotan dari crowd yang memadati Taman Suropati.
Suropati Art
Dynamite
Made in Heaven
Good Company
Band cover Made In Heaven terdiri dari sekeluarga pecinta Queen. Sang ayah, Daniel Kristian, menjadi vokalis sekaligus gitaris. Sementara kedua anaknya, Flo dan Danson mengiringi alunan lagu dengan bass dan drum. Yang menjadi sorotan utama ketika band ini tampil adalah sang drummer, Danson, yang masih berusia 7 tahun. Meski masih sangat muda, Danson piawai sekali menggebuk drum untuk lagu Dragon Attack, Hammer to Fall, dan One Vision. Seperti yang kita (para penggemar Queen) ketahui, ketiga lagu itu berciri cepat dan keras serta cukup rumit. Namun semua itu mampu dibawakan dengan ciamik oleh Danson. Salut buat adik Danson. ;)
Danson, Made in Heaven
Selain penampilan band, ada juga penampilan khusus dari pemain cello komunitas Suropati Art yang membawakan medley lagu klasik dengan lagu I Want to Break Free dan Bohemian Rhapsody. Semua yang hadir ikut bernyanyi ketika kedua lagu itu dibawakan.
Duo Cello Suropati Art
Acara tribut ini diakhiri dengan penampilan Jody Wenas dan Iqbal Prasetya yang membawakan lagu Spread Your Wings. Jody Wenas ini adalah salah satu anggota Solid 80. Band yang sering meng-cover lagu-lagu Queen sejak era 80an. Sementara Iqbal Prasetya adalah salah satu pengajar di Indonesian Drummer bentukan Ekki Sukarno dan Gilang Ramadhan yang pernah mendapat predikat drummer junior terbaik di salah satu festival musik di Jepang tahun 80an.
Keriaan acara ini pun berakhir tepat pukul 12 malam. Semua hadirin yang penggemar Queen maupun yang hanya datang untuk menghabiskan malam minggu bersama kekasih di Taman Suropati pun menutupnya dengan tepuk tangan yang sangat meriah.
Queenindo
Semoga saja ke depannya Queenindo dapat membuat acara yang kerennya sama atau bahkan melebihi acara tribut ‘A Night at Taman Suropati’ ini. Nantikan saja, ya. :)
=======================================================================================================================
Setlist A Night at Taman Suropati:
Komunitas Suropati Art
Don’t Stop Me Now

Dynamite
Crazy Little Thing Called Love
Under Pressure (featuring Handy)
Love of My Life (featuring Sherly)

Made in Heaven
Dragon Attack
Hammer to Fall
One Vision

Komunitas Suropati Art
Medley lagu klasik + I Want to Break Free + Bohemian Rhapsody

Good Company
You’re My Best Friend
Somebody to Love
Jealousy (featuring Sherly)

Komunitas Suropati Art
We Will Rock You
Tie Your Mother Down
Stone Cold Crazy (featuring Kukuh)

Jamming Session with Jody Wenas + Iqbal Prasetya + Queenindo
Spread Your Wings
Crazy Little Thing Called Love

Anda penggemar Queen silahkan ikut di grup facebook Queenindo di sini. We Will Rock You!!!.
Foto lainnya di sini.
Read More

Wednesday, 6 May 2015

Queen Dalam Sketsa Pensil

Inilah beberapa karya dari salah seorang member Queenindo yang bernama Partogi Kukuh Kharisma. beliau merupakan salah satu anggota aktif di komunitas Queenindo dan juga memiliki band tribute Queen bernama Dyanmite. Selain ngeband Partogi Kukuh Kharisma juga memilki hobi menggambar, berikut adalah karyanya yang dia lukis lewat media kertas dan pensil.




Read More

Monday, 4 May 2015

Queenindo di Acara Jakarta Rockulture Festival 2015

Komunitas Queenindo menjadi salah satu peserta acara Jakarta Rockulture Festival 2015 dengan menampilkan pernak-pernik Queen mulai dari Vinyl, CD, DVD hingga Kaset Radio. koleksi yang di pamerkan dalam acara tersebut adalah milik Danang Suryono dan Nelwin Aldriansyah, keduanya merupakan member Queenindo. Selain acara pameran pernak-pernik juga terdapat live band performers antara lain:  Noxa – Raksasa – Divine – Suri – Cosmic Vortex – Trendkill – Lucretia – Spolenk – Kaporit dan lainnya.

Acara ini di selenggarakan di Rolling Stone Cafe yang beralamatkan di Jl. Ampera Raya No. 16 Jakarta Selatan pada tanggal 2 Mei  2015 oleh @undergroundsync dan Sacca Production. Acara ini sendiri di mulai pukul 12.00 s/d 23.00 Wib.








Read More

Thursday, 30 April 2015

A Night At Taman Suropati (A Tribute To Queen)

Queenindo Proudly Presents
"A Night At Taman Suropati" (A Tribute To Queen)
May 30th 2015
9 PM at Taman Suropati Jakarta.
Performance by Suropati Art, Dynamite, Martin Manurung, Good Company, My Big Bro, Made in Heaven.
Guest Star: Tony Wenas & Friends

Let's Join Us!
Read More

Wednesday, 29 April 2015

Megahnya Queen di Tangan Avip

Oleh Frans Sartono

Sumber : Kompas Cetak 26 April 2015

Avip Priatna dan kawan-kawan dalam konser Love of my Life di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (18/4)/Kompas/Riza Fathoni

Memindahkan Queen dari ranah band rock ke pentas musik klasik Barat, tanpa kehilangan roh, itulah yang dilakukan Avip Priatna. Avip dan kawan-kawan menyuguhkan kemegahan Queen dalam pergelaran ”Love of My Life” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (18/4).

Avip Priatna, konduktor dan direktur musik pergelaran ”Love of My Life”, menggunakan dua pendekatan berbeda untuk karya Queen. Pertama ia membiarkan Queen seperti Queen, meski bukan berarti ia meniru persis. Kedua, ia ingin menjadikan lagu Queen terdengar berbeda dari biasanya. Lagu Queen dibuat layaknya komposisi klasik musik Barat. ”Buat pendengar klasik akan terhibur. Tetapi kalau semua lagu Queen diubah kok kasihan yang denger,” kata Aviv yang menggemari lagu-lagu Queen.

Queen adalah band rock asal Inggris yang berawak Freddie Mercury, Brian May, John Deacon, dan Roger Taylor. Avip memilih penggarap orkestrasi yang memahami benar karakter lagu Queen. Mereka adalah Joko Lemazh Suprayitno, Renardi Effendi, Fafan Isfandiar, Aubrey Victoria, dan Elwin Hendrijanto. Orkestrasi, interpretasi, dan eksekusi Avip atas garapan tersebut tidak menghilangkan ”roh” Queen. Di tangan Avip dan kawan- kawan, lagu-lagu Queen menjadi sangat klasik, tetapi rocknya tetap perkasa.

Avip menerjemahkan Queen lewat Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, dan The Resonanz Children Choir. Ada penyanyi Lisa Depe, Heny Janawati, Michele Siswanto, serta Judika penyanyi Indonesian Idol itu. Judika dipilih Avip karena warna dan wilayah suaranya yang cocok membawakan lagu-lagu Queen. Pentas juga didukung EKI Dance.

”Radio Gaga” 

”Radio Gaga” yang keluar pada 1984 bisa dikatakan menyempal dari jenis lagu Queen sebelumnya. Drumer Roger Taylor memang semula merancang lagu tersebut untuk album solonya. Namun kemudian lagu itu ”di-Queen-kan” oleh Freddie Mercury dan bassist John Deacon. Dibilang menyempal karena Queen menggunakan drum machine. Alur basnya juga menggunakan synthesizer Roland Jupiter-8. Ini bisa dibilang lagu Queen yang sangat ”mesin”.

Avip Priatna memercayakan penggarapan orkestrasi ”Radio Gaga” pada Fafan Isfandiar yang dengan cerdik mengadaptasi lagu ke bentuk orkestra. Ia menemukan cara kreatif, bunyi-bunyi ”mesin” yang lahir dari synthesizer versi Queen ia terjemahkan dengan selo, viola, dan tiup kayu basoon. Selo dan biola dimainkan dengan teknik petik atau pizzicato. ”Secara teknis instrumen, adaptasi itu memungkinkan, tetapi akan sangat melelahkan bagi pemain,” kata Fafan.

Ia menyiasati dengan cara bermain bergantian antara selo dan biola. Untuk basoon, ia juga menggilir peran basoon 1 dan basoon 2. Dengan cara itu, ”Radio Gaga” tidak kehilangan ”roh” sebagai jenis lagu eksperimental Queen. Penyanyi Judika pun bisa bernyanyi dengan nyaman seperti versi orisinal Queen.

Fafan juga ditugasi menggarap ”Crazy Little Thing Called Love”, lagu Queen yang paling rock n’ roll. Secara eksplisit ke-rock n’ roll-an itu disebut dalam lirik. ”There goes my baby, she knows how to rock n’ roll....” Bagaimana memindahkan ”roh” rock n’ roll ke dalam bentuk orkestra, itu pekerjaan yang tidak gampang. Queen menggunakan gitar sebagai ritme dengan 4 birama. Fungsi gitar diambil alih oleh seksi tiup logam atau brass. Suara gitar yang paling rendah dipegang oleh trombon.

Interlude gitar ”The Big Red” petikan Brian May yang khas itu diterjemahkan oleh trombon. Pilihan yang cerdik karena trombon mempunyai karakter bisa meliuk atau sliding. ”Kalau saya pindahkan ke biola nanti rasanya jadi musik country,” kata Fafan, violis yang tergabung dengan Kua Etnika.

”Love of My Life”

Lagu ”Love of My Life” yang menjadi judul konser disuguhkan dengan pengubahan cukup berani. Dengan aransemen garapan Elwin Hendrijanto, Avip berani menghilangkan bagian intro piano yang terkenal dalam versi Queen itu. Avip memang sengaja membuat lagu karya Freddie Mercury itu terdengar beda.

Keberanian Avip yang lain adalah dalam hal interpretasi. Bagi Avip, versi orisinal lagu tersebut terkesan galau, kelabu. Kegalauan itu memang tersimak dari lirik awal. ”Love of my life, you’ve hurt me/ You’ve broken my heart and now you leave me....” Terkesan nelangsa, seperti hati yang luka. Elwin menjadikan komposisi tersebut cerah, lincah, penuh semangat.

Digarap dalam bentuk variasi, Elwin mengembangkan tema melodi seperti yang terdengar pada lirik yang berbunyi ”Love of my life....” Ia sengaja tidak mengembangkan bagian melodi pada lirik pahit ”You’ve hurt me...” dan seterusnya. ”Yang ’you’ve hurt me’ itu bikin galau. Ini demi memori yang positif, yang happy,” kata Avip yang mengaku terkesan dengan lagu tersebut.

Pendekatan hampir serupa digunakan dalam komposisi medley berisi ”Play the Game”, ”The Millionaire Waltz”, dan ”Another One Bites of the Dust”. Michelle Siswanto, concert master yang menjadi solis biola, menjadikan karya Queen tersebut terdengar sangat klasik pada bagian awal. Bagian tengah medley mengingatkan pada rasa waltz ala Strauss. Adapun bagian terakhir terdengar sangat rock.

”Bohemian Rhapsody”

Lagu ”Bohemian Rhapsody” dan ”We Are the Champions” ditempatkan sebagai pemuncak konser berdurasi 92 menit itu. Pada versi Queen, ”Bohemian Rhapsody” terbagi dalam enam bagian. Pertama adalah intro vokal, kemudian disusul balada yang dimulai dengan lirik ”Mama just killed a man”. Lantas masuk gitar solo Brian May yang keren itu. Berlanjut dengan bagian operatik yang dimulai dengan lirik ”I see a little silhouetto of a man?” Disambung dengan suguhan hard rock yang keras-keras jantan. Lalu bagian finale yang lembut.

Pada bagian inilah Avip mengerahkan Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, serta solis Judika dan Lisa Depe yang dengan primanya menginterpretasi Queen. Dengan orkestrasi garapan Fedor Vrtacnik, keenam bagian komposisi seperti tersebut di atas diterjemahkan tanpa kehilangan detail seperti disuguhkan Queen. Termasuk bagian solo gitar dan hard rock diambil alih oleh seksi gesek dan tiup termasuk pikolo, serta vokal.

Pengubahan dilakukan pada bagian penutup. Pada versi Queen lagu ditutup dengan model fade off, yaitu melembut, melirih lalu lenyap. Avip memegahkan bagian tersebut dengan fortississimo (tanda dinamik yang ditulis fff). Suara vokal dikerahkan sekeras mungkin tetapi terukur. Di tangan Avip dan kawan-kawan, malam itu Queen menjadi begitu megah. 
 

Read More

Wednesday, 22 April 2015

Queen Dalam Balutan Musik Klasik


Bagaimana jadinya jika lagu lagu Band Legendaris asal Inggris Queen sefenomenal Bohemian Rhapsody dibawakan dalam balutan musik Klasik ?.

Itulah yang coba dihadirkan oleh Direktur The Resonanz Music Studio, Avip Priatna dalam sebuah konser bertajuk “ Love Of My Life” tadi malam (18 April 2015) di Teater Jakarta, Taman Ismail.
Di Bawah pimpinan Avip Priatna Mag.Art, TRMS mempunyai misi memasyarakatkan seni musik klasik di Indonesia, Untuk itu  konser kali ini mengangkat lagu-lagu Queen. Band asal Inggris yang sanggat populer sampai sekarang bahkan belum ada musisi modern yang bisa menyamai  lagu-lagu Queen seperti We Will Rock You dan I Want to Break Free. Meski lagu lagu Queen kental dengan nuasa Rock tetapi lagu lagu rock keras tersebut tak kalah ciamik dan cadas ketika dibalut dengan okresta dan bernuasa klasik.



“Queen punya sentuhan harmoni rock namun melodinya memiliki warna yang spesial sehingga saya ingin mengenalkan musik Queen yang legendaris ini dalam kemasan klasik,” ucap Avip.

Queen masih sangat populer sampai sekarang meski tanpa Sang Vocalis, Freddie Mercury yang meninggal akibat penyakit AIDS tahun 1992. Karena musik mereka begitu hidup dan tetap hidup hingga sekarang di telinga seluruh pencinta musik dari berbagai generasi. Musik yang mereka ciptakan sangat universal dan tidak monoton. Nada nada rumit bercampur vokal dari Freddie Mercury yang menjadi lead vocal dan ditambah semua personil selain pemegang alat musik juga bisa menjadi backing vocal, terkecuali sang pembetot bass yang jarang ikut bernyanyi.


Mendengar lagu-lagu mereka dari setiap album, mayoritas lagu mereka adalah lagu-lagu yang memiliki backing vocals yang sangat menawan. Ketiganya menggabungkan suara menjadi satu Freddie Mercury, Roger Taylor (nada tertinggi), dan Brian May (nada terendah). 

Lagu Bohemian Rhapsody sebagai bukti kejeniusan mereka menyusupkan opera di tengah tengah lagu tersebut. Lagu tersebut pada dasarnya beraliran Rock.  Bagian awal lagu terdengar perpaduan suara ketiga personel Queen yang mampu membentuk rock choir. Jadi tak heran jika banyak kalangan kritikus yang menobatkan lagu Behemian Rhapsody sebagai lagu terbaik sepanjang masa.

Para penggemar Queen pasti tak akan kecewa dan akan terhibur denga nuasa Queen yang klasik. Sebab Band Queen bisa disebut sebagai band revolusi yang mampu mengubah musik Rock yang dulunya kasar dan kadang susah dicerna menjadi harmonisasi. Musik Rock dengan Choir yang terdengar lebih lembut dari musik Rock aslinya (pendahulunya).


Band Queen menorehkan namanya sebagai band dengan penjualan album terbanyak di Inggris pada tahun 1955 hingga 2005 mengalahkan The Beatles yang sama-sama mempunyai nama besar dan berasal dari Inggris. Album “Greatest Hits” mampu terjual 5 juta lebih copy sedang album “Pepper’s Lonely Hearts Club” milik The Beatles meraup angka penjualan 4 juta lebih copy.

Para personel Queen juga tak kalah Brilian, Tidak hanya bermusik tetapi juga di dunia pendidikan. Mulai dari Brian May, Freddie Mercury, John Deacon, hingga Roger Taylor semua berhasil meraih gelar akademik dari masing masing jurusan . Brian May dari jurusan astronomi, Freddie Mercury dari jurusan seni ilustrasi, John Deacon dari jurusan elektronik, dan yang terakhir Roger Taylor dari jurusan biologi.

Konser Love of My Life mampu menghadirkan musik Queen yang megah dan Klasik tanpa mengurangi rasa Rock lewat suara Rock Judika dan  musisi musisi berbakat Indonesia lainnya seperti  Lisa Depe (Solois), Heny Jenawati  (Mezzo Soprano), Michelle Siswanto.

Ditulis oleh Trie Yas di Kompasiana
Sumber Foto oleh Riza Haryadi
Read More

Friday, 17 April 2015

I'm In Love With My Car

Tau kan salah satu lagu Queen yang berjudul I'm In Love With My Car yang ada didalam album A Night at The Opera yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Roger Taylor untuk pembalap triumph TR4 bernama Johnnatan Harris dan Roger sendiri pernah mengaku bahwa lagu ini merupakan lagu queen paling ia favoritkan.

Beberapa hari lalu salah seorang anggota Queenindo Mas Riza Haryadi memergoki mobil yang unik diparkiran Pondok Indah Mall, Jakarta. Kira-kira mobil siapakah ini? Berikut penampakannya.


Lagu I'm In Love With My Car sendiri menjadi b-side dari single Bohemian Rhapsody yang awalnya Freddie Mercury menolak. Untuk mendapatkan izin dari Freddie, Roger Taylor sampai mengurung dirinya di lemari hingga akhirnya Freddie luluh, gegara masalah ini pula Queen sempat ada konflik kecil.

 Single Bohemian Rhapsody dengan I'm In Love With My Car di B-sidenya

Dan berikut adalah video klip Queen-I'm In Love With My Car.


Di konser live Queen di Montreal bisa kita lihat Roger Taylor menyanyikan lagu ini dengan suaranya yang tinggi khas.

Lalu ini milik siapa lagi?



Ditulis oleh @handyfernandy
Read More