Tuesday, 24 March 2015

Yang Dilakukan Fans Queen di Seluruh dunia

Tak dipungkiri Queen merupakan salah satu band tersukses di dunia, kesuksesan band Queen dapat dilihat dari jumlah penjualan albumnya yang hingga kini masih laris terjual, hal ini pun sebanding dengan jumlah penggemarnya yang semakin hari semakin banyak meski kini Queen hanya menyisahkan Brian May dan Roger Taylor sepeninggal Freddie Mercury yang wafat pada tahun 1991 dan John Deacon yang memilih pensiun dari dunia musik sejak tahun 1997.

Meskipun begitu 2 personil tersisa tak begitu saja mempensiunkan nama Queen, hingga kini Brian dan Roger masih aktif bermain musik, di November tahun lalu (2014) misalnya Queen mengeluarkan album baru berjudul “Forever” yang mencatut 1 lagu baru dan 2 lagu yang di aransemen ulang. Single “Let Me In Your Heart Again” yang sebelumnya akan di masukan pada album The Works walau akhirnya (tidak jadi) dilupakan dan uniknya lagu ini ditemukan secara tak sengaja oleh Brian May di studio rekaman.

Queen pun masih tetap menggema, dengan project Queen + Adam Lambert pun menjalani konser tur Eropa dan Amerika Utara, kabar terbaru Queen akan melakukan konser di Brasil dalam rangka merayakan 30 tour di Brasil 30 tahun lalu ketika masih dalam formasi full team.

Pro kontra proyek Queen+ pun terjadi dikalangan fans. Beberapa fans tidak menyukai produk Queen+ baik ketika vokalis diisi oleh Paul Rodgers sejak tahun 2004 sampai 2009 atau yang kini ditempati oleh Adam Lambert. Banyak alasan salah satunya adalah mengikuti quote dari john Deacon yang mengatakan “Freddie Mercury-lah band itu sendiri, jadi apa inti Queen jika ia sudah tak ada?".
Namun ada juga yang tetap mendukung apa yang dilakukan Brian dan Roger yang tetap mengenalkan Queen dari generasi-generasi supaya mereka mengenal bahwa ada sebuah band fenomena nan mendunia bernama Queen.

Terkait setuju tidaknya adanya orang ketiga dalam band Queen (Red: vokalis selain Freddie Mercury) ada beberapa hal yang mungkin beberapa fans setuju dan banyak di tunjukan untuk menancapkan sebuah tiang barometer sejauh mana anda menggemari Queen atau menjadi fans Queen, berikut adalah hal-hal yang dilakukan fans Queen di seluruh dunia untuk menunjukan sampai sejauh mana menggemari band asal tanah british ini.

Menjadi Kolektor Album Queen

Koleksi Queen seabreg di Rumah Om Nelwin

Seberapa jauh anda nge-fans dengan Queen? Berapakah jumlah album Queen studio? Berapakah Jumlah album live-nya? Apakah anda mengoleksi seluruh jenis format lagu dari piringan hitam sampai berfomat digital (MP3,FLAC dll) juga dalam format video dari VHS hingga DVD berkualitas HD.

Jika tulisan diatas sudah anda lampaui bagaimana jika dengan format piringan hitam/kaset/dvd di setiap Negara, karena beberapa region atau bahasa di kemas berbeda di tiap negara, ada pula versi internasional ada pula versi lokal atau keluaran label tidak resmi. Adapula yang dijual dengan beberapa lagu di sensor seperti lagu Fat Bottom Girls dan I Want To Break Free yang di banned di beberapa negara.

Membuat/Memiliki Band Tribute Queen

Uwoh Abdullah aka Freddie Mercury made in Indonesia

Karena faktor influence yang begitu besar dan juga karisma dari para personil Queen banyak di dunia ini band-band tribute untuk Queen terbentuk, salah satunya yang paling terkenal adalah Killer Queen band tribute dari Inggris ini sukses menggelar tur dunia termasuk ke Indonesia. Selain itu adapula Freddie Mercury kw dari Australia bernama Thomas Crane yang mengikuti ajang Australia X Factor pada tahun 2011.

Di Indonesia sendiri ada juga band yang menjadi tribute dari band Queen yakni band Flash Band yang berasal dari Bandung dengan vokalisnya yang bernama Uwoh Abdullah. Dan pasti banyak penggemar Queen yang datang menyaksikan konser meski hanya sekedar duplikatnya saja.
Perihal duplikat sendiri Roger dan Brian pun ngiler, mereka juga membentuk band tribute mereka yakni Queen Extravaganza yang memiliki vokalis bernama ‎Marc Martel dimana suaranya amat sangat mirip dengan mendiang Freddie Mercury.

Kopi Darat/Gathering Bareng

Gathering Queenindo di jakarta

Internet menjadi tempat yang ampuh membentuk komunitas, dari komunitaslah banyak yang memiliki kesamaan hobi pun berkumpul, salah satunya adalah komunitas Queenindo yakni komunitas online di Facebook yang secara rutin mengadakan gathering bernama “Lazing on A Sunday Afternoon” mengambil salah satu lagu di album A Night at the Opera. Sesuai dengan judul lagu tersebut, acara pun di gelar di akhir pekan setiap sebulan sekali.

Cosplay Freddie Mercury


Tak dipungkiri kharisma Freddie Mercury menjadi magnet bagi band Queen, meski Freddie telah lama meninggal nyatanya fans-nya hingga kini terus bertambah. Mercyury Phoneix Trust sebagai badan amal non profit berdiri sebagai wujud penghormatan kepada Freddie Mercury dan sebagai badan amal lembaga tersebut bekerja untuk mengumpulkan dana charity dari penggemar untuk disumbangkan kepada korban Aids.

Salah satu event yang dilakukan oleh Mercyury Phoneix Trust  dalam mengumpulkan amalantara lain adalah #FreddieForADay yakni berdandan mirip dengan Freddie Mercury sebagai wujud kepedulian dan kesadaran akan bahaya penyakit Aids. Banyak peserta yang mirip mulai dari pakaian yang di kenakan hingga kumis ikonik pun ada.


Anda penggemar Queen silahkan ikut di grup facebook Queenindo disini. We Will Rock You!!!.

Di tulis oleh @handyfernandy 
Read More

Monday, 23 March 2015

Queenindo Latihan Bareng di Coda Entertainment Blok A


Latihan bareng anggota komunitas Queenindo di Coda Entertainment yang beralamat di Jalan Kubis 1, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan (Dekat Pasar Blok A) pada hari minggu (23/03/2015). Acara berlangsung dari pukul 16.00 s/d 20.00 Wib. Latihan bareng di hadiri oleh 10 orang.

 Arif

 Handy dan Agus

 Dari kiri ke kanan (Runggu, Hendri(belakang), Agus, Handy,Shandy(belakang) Arif, Eza)

  Dari kiri ke kanan (Runggu,Iwan, Hendri(belakang), Agus, Handy,Sandi(belakang) Arif(belakang), Eza)

 Dari kiri ke kanan (Runggu, Hendri(belakang), Agus, Handy,Sandi(belakang) Arif, Eza)

 Dari kiri ke kanan (Runggu,Iwan, Hendri(belakang), Agus, Handy,Sandi(belakang) Arif(belakang), Eza)

 Iwan dan Sandi

 Arif



 Owner Coda Entertaiment, Adrian







Handy dan Runggu


Read More

Sunday, 8 March 2015

Lazing on A Sunday Afternoon


Queen salah satu band rock papan atas dunia memiliki basis penggemar yang amat besar di seluruh dunia termasuk di Indonesia juga banyak penggemar band asal Inggris ini. Meski kini band Queen hanya menyisahkan dua personil asli yang tersisa yakni brian May dan Roger Taylor tetapi tak menyurutkan semangat para penggemar band Queen yang justru semakin hari semakin bertambah banyak.

Salah satu dari sekian banyak komunitas penggemar Queen di Indonesia yakni Queenindo, komunitas online yang anggotanya cukup aktif di Facebook ini  sering mengadakan kegiatan gathering yang bertujuan sebagai ajang kopi darat sekaligus sebagai wadah untuk menampung kreativitas dari para member komunitas sekaligus menghargai kaya-karya Queen.

Tema gathering komunitas Queenindo yang rutin diadakan setiap bulannya bernama "Lazing on A Sunday Afternoon" terinspirasi dari salah satu lagu yang ada di album A Night at the Opera. Sesuai dengan judul lagu tersebut, acara pun di gelar di akhir pekan setiap sebulan sekali.

Kemarin (9/3/2015) Queenindo mengadakan gahtering di Blok M Square yang beralamat di jalan Melawai, jakarta selatan, dalam acara tersebut sebagai mana ajang kopi darat seperti biasa acara didahului oleh ngobrol santai dan membicarakan seluk beluk band Queen, di acara itu juga kita dapat informasi dimana tempat untuk mencari kaset, CD/DVD sampai Vinyl Queen yang mungkin belum semua di koleksi. Beruntung di lokasi gathering kemarin di Blok M Square merupakan salah satu tempat untuk memburu pernak-pernik Queen untuk dijadikan koleksi.

 Inti acara Queenindo yang berlangsung dari jam 12 siang itu menghasilkan beberapa informasi penting antara lain:
  1. Regenerasi kepengurusan
  2. Membentuk sebuah band tribute yang mengcover lagu Queen
Acara di tutup dengan hunting kaset, CD/DVD sampai Vinyl Queen, penulis berhasil menemukan DVD Queen Live At Wembely Stadium edisi 25 tahun Anniversary. Lain halnya dengan mas Adi Winoto mendapatkan vinyl album The Works sedangakan mas Arif Nur Cahyo sukses membeli vinyl Queen II. Hal terduga atau dapat dikatakan mujur adalah ketika Mas Angga yang datang jauh-jauh dari Tasik mendapatkan vinyl album solo Roger Taylor yang cukup langka yakni Fun in Space yang rilis tahun 1981. Acara gathering kemarin dihadiri oleh 20 orang peserta.

Mas Adi dengan The Works(kiri) Mas Arif dengan Queen II(kanan) saya cuman dapet tulangnya saja :p

Anda penggemar Queen silahkan ikut di grup facebook Queenindo disini. We Will Rock You!!!.
Read More

Tuesday, 3 March 2015

Queen : A Night at the Opera, Sebuah Persembahan Megah


Queen, sebuah super grup band asal inggris raya yang sangat terkenal di dunia. lagu2nya sudah menemani kuping para pecinta music 4 dasawarsa lamanya, sampai sekarang. Tiap event olahraga popular semacam piala dunia atawa olimpiade, tak jarang salah satu lagu mereka paling terkenal “we are the champion” diputar sebagai backsound theme. Lagu epic mereka, bohemian rhapsody terpilih berkali2 sebagai lagu terbaik di dunia dalam berbagai polling dan survey. Dan konser live mereka di live aid serta wembley dipuji2 sebagai live konser terbaik rock. Sebuah pencapaian sukses yang sangat gemilang, disamping jutaan copy album yang berhasil mereka jual di seluruh dunia.

Kesuksesan Queen bukanlah kesuksesan instan. Freddie, Brian, Roger dan deacon jatuh bangun membangun karier band ini dari awal. Mereka bahkan mesti rekaman di tengah malam pada jam2 kosong demi menghemat duit. Album pertama mereka tak digubris orang, konser2 pertama mereka sepi pengunjung. Saking stressnya, mereka pernah sempat mau ganti nama band demi buang sial,ckckck. Tapi untunglah, di dua album berikutnya nama Queen mulai menanjak dengan pundi2 duit yang mengalir masuk ke kantong mereka. Tapi,tragedy tetep menimpa, duit Queen ditilep habis sama manajer mereka sendiri!

‘it was life or death, if the album hadn’t have worked it woul have been the end of Queen’ – Roger taylor

Begitulah keadaan Queen saat pembuatan album terbaik mereka saat itu  “ a night at the opera”, Album dengan biaya pembuatan termahal saat itu . disinilah titik balik mereka menjadi band besar di dunia dan  Queen mulai disetarakan levelnya dengan band2 besar lain semacam led zeppelin dan Deep purple.  Memuncaki UK album chart dan mendapat platinum pertama mereka di amerika.
Nama album mereka dapatkan saat para personil Queen iseng2 nonton film lama buatan marx brother di studio sehabis rekaman, berjuluk “ a night at the opera”. Dirasa pas dengan tema music album mereka ini, yaudahlah tanpa mikir panjang Queen make judul film sebagai title album keempat mereka ini. Lagu tie your mother down dan we are the champion sebenarnya hendak masuk dalam list album, namun batal dan dimasukkin dalam album lain.

Death on two legs (dedicated to…)freddie mercury lah pencipta lagu pembuka album yang sangat luar biasa ini. Dibuka dengan dentingan piano Freddie yang aneh,lalu disusul melodi gitar brian may yang berlapis-lapis. Lagu ini menceritakan tentang ex manajer mereka yang brengsek dan membawa lari duit mereka, norman kamaru Sheffield. Biarpun nama si norman kamaru ini nggak disebut2 dalam lirik lagu, tetep aja doi ngerasa tersinggung dan mengatakan kalau Queen sudah membuat hal2 jelek tentang dia, hahaha kesindir juga tuh orang. Dalam setiap live konser mereka, Freddie selalu mengatakan lagu ini didedikasikan untuk “a real motherfucker of a gentleman”. Hahaha, mantap om Freddie!
Lazing on a Sunday afternoon Lagu berirama menyenangkan yang cocok diputer saat liburan sambil leyeh-leyeh ini ditulis oleh Freddie. Freddie juga yang nge take semua suara termasuk lead vocal sama backing nya. Ada yang unik dari lagu ini, Freddie nge take vocal menggunakan kaleng kosong agar suaranya terdengar megah seperti make megaphone. Lagu ringan yang bagus, sayang durasinya cuman satu menitan, kayak lagu2 keren lain seperti nevermore dan lily of the valley. Haaahh… Di akhir lagu lead gitar brian terdengar khas seperti biasanya yang nyambung langsung ke lagu berikutnya.

I’m in love with my car Ditulis dan dinyanyikan full baik di versi studio maupun live konser oleh roger taylor, drummer Queen yang ‘cantik’ itu,hahahaha… lagu ini didedikasikan untuk johnnatan harris, pembalap triumph TR4. Roger sangat menyukai lagu ini diantara seluruh lagu ciptaannya. Dia ngebet banget pengen lagu ini jadi single sampai2 doi ngunci diri dalam loker davy jones lemari agar om Freddie setuju. Gara2 ini, konflik kecil2an sempat terjadi,hehehe. Lagu ini punya beat cukup asik dengan vocal roger yang serak2 basah ngerock itu. Di ujung lagu, suara mobil menderu2 jadi penutup lagu lucu ini,hehehe.

You’re my best friend Single kedua album setelah bohemian rhapsody. Di tulis bassist pendiam mereka si ‘invisible man’ john deacon untuk veronica tetzlaff, sang istri tercinta. Lagu ini ditulis saat deacon baru belajar main piano, dan dia pula yang memainkan piano sepanjang lagu. Masuk dalam top 10 hits, menurutku ini adalah lagu paliiingg romantisss yang pernah Queen bikin. Lirik, music dan suara Freddie mercury cukuplah menggambarkan betapa romantisnya lagu ini. Salah seorang teman saya yang baru mendengar pertama kali lagu ini saja bilang, “edan, so sweet bgt ini lagu” (doi cewek). So, kalo mau ngegombal mukiyo ke pasangan, pakai aja lagu ini. Dijamin klepek2 dah,hahaha. Nggak nyangka ya deacon yang se pendiam itu bisa nge gombal juga, atau ini emang bener2 dari hati doi?hehehe…

39 Brian may menulis lagu bertema science ini. Mengambil ide teori relativitas punya albert Einstein tentang perjalanan seseorang di luar angkasa untuk kemudian kembali ke bumi seratus tahun kemudian,sementara doi ngira dia Cuma ngabisin waktu sehari dalam petualangannya. Bolehlah lagu ini di dengarkan sambil nonton film “interstellar” nya mas Nolan yang baru keluar tahun lalu. Lagu bergaya country ini terdengar sangat menyenangkan. Vocal brian yang lembut,Bass betot nya deacon, icrik2 dan pedal bass roger, genjrengan gitar may dan backingan vocal dari Freddie dan roger berhasil ngebawa kita serasa jalan2 di perkampungan pinggiran di western sana. Intro  lagu ini sedikit ‘mengilhami’  band Indonesia tahun 90an,elpamas dalam lagu mereka yang fenomenal berjudul ‘pak tua’.

Sweet lady Lagu berirama rock progressif ini ditulis oleh brian may. Lagunya cukup rumit dengan pukulan drum yang diakui roger taylor paling sulit yang pernah doi mainkan dalam rekaman studio nya. Lumayan asik buat jogged ala rocker,hehehe…

Seaside rendezvous Bergaya ala musik2 disney waltz, lagu bernada ceria ini ditulis oleh Freddie mercury. Bikin mood kita jadi seneng apalagi bila didengarkan sambil nari2 di pinggir pantai minum aer kelapa,hahaha. Dan yang asem, lagu ini durasinya cukup pendek, cuman 2 menitan. We want more Freddie! Dentingan piano bernada2 ceria dimainkan Freddie dengan rapi. Di tengah2 lagu,terdapat paduan suara dari Freddie dan roger yang dibikin suaranya mirip dengan clarinet dan trumpet bersahut-sahutan. Keren banget dah! Selain itu ada juga suara2 mirip tap dance yang rupanya berasal dari alat music thimble yang dimainkan Freddie dan roger. Incredible!

The prophet’s song Setelah tadi kita menari2 bersama seaside rendesvouz, lagu selanjutnya bakal menghajar telinga kita dengan irama2 gelap yang sangat megah. Inilah  the prophet’s song, lagu epic hasil karya brian may! Mendengarkan lagu ini kita serasa dibawa ke masa2  jaman2 dulu yang tertulis dalam bible, dan memang itu rujukan brian dalam menulis lagu luar biasa ini. Brian menulis lagu ini setelah dia bermimpi buruk tentang banjir besar. Isi lirik lagu ini sendiri menceritakan banjir besar yang terjadi di zaman nabi nuh alaihissalam dengan penyelamatannya segala macam. Komposisi lagu cukup rumit dengan basic dari progressif rock. Dengan durasi sekitar 8 menitan lagu ini jadi lagu terpanjang di catalog lagu milik Queen dan paling megah selain bohemian rhapsody,the march of black Queen dan show must go on. Diawali dengan suara angin,petikan harpa, petikan gitar elektrik dan paduan vocal, lagu berjalan dengan indah.Di tengah2 lagu Freddie nyanyi sendirian tanpa music dengan vocal yang bersahut2an make teknik vocal canon. Outro lagu nyambung dengan lagu selanjutnya, lagu ballads berjudul love of my life.

Love of my life ‘back..hurry back, please bring it back home to me Because you don’t know what it means to me..’ Aaaahhh…sedih banget ini lagu!! Love of my life adalah lagu pertama Queen selain we are the champion dan bycycle race yang pertama kali aku dengar. Lagu patah hati terbaik di dunia ini diciptakan Freddie mercury untuk kekasih seumur hidupnya, tante mary Austin. Diciptakan setelah kisah cinta Freddie dengan mary Austin kandas karena Freddie selingkuh dengan seorang PRIA dari electra records. Njiirrrrrrr…disini ke maho an Freddie mulai tumbuh. Dentingan piano, petikan harpa dan bass john deacon jadi latar suara indah Freddie. Lagu ini Sangat indah dan juga bisa bikin hati terobek-robek,hahaha. Freddie menyanyikannya dengan penuh perasaan sepertinya, dia bernyanyi menggapai nada2 tinggi dengan sesekali mengambil suara falsetto. Lengkingan gitar brian may jadi klimaks lagu terkenal ini. Banyak artis lain meng cover love of my life diantaranya band rock legend yang nyanyi wind of change, scorpion dan pelantun lagu more than words,extreme. Di Indonesia, lagu ini dinyanyikan ulang oleh dewi2(sekarang mahadewi) anak didiknya pentolan dewa 19, dhani ahmad.

Good company Mendengarkan lagu ini,kita berasa lagi nonton film2 donald bebek,hahaha. Lagu dengan nuansa Disney jazz ini ditulis brian may. Disini brian may memasukkan instrument ukulele alias gitar2 aloha dari hawai. Lagu ini tak pernah dimainkan live oleh Queen. Berisi tentang petuah2 orang tua terhadap anaknya tentang memanage perusahaan.

Bohemian rhapsody Inilah dia lagu paling epic, paling indah, paling keren, dan paling2 lain yang pernah di gubah oleh manusia. Susah menggambarkan keindahan lagu ini, ente check sendiri dan dengerin sendiri aja lah! Yang jelas, lagu ini dinobatkan berkali sebagai lagu terbaik sepanjang masa, dan aku setuju sangat dengan itu….!!!!

God save the Queen Lagu yang selalu jadi penutup konser2 Queen ini adalah anthem song inggris raya. Isinya cuman lead gitar brian may dan cymbal dan bass drum roger taylor. Tapi buat orang inggris, lagu ini sangat menyentuh hati,hahahaha.


A night at the opera adalah album hebat Queen yang masuk dalam jajaran album2 classic Queen yang dibikin tanpa teknologi synthesizer. Kalo boleh dibilang, a night at the opera itu semacam album sgt. Peppers lonely heart club band beatles punya versi Queen. Album yang memadukan berbagai aliran music dan semuanya adalah lagu2 yang easy listening! Inilah Queen, band yang dikatakan oleh ahmad dhani sebagai “ THE MOST GENIUS BAND IN THE WORLD”.

Ditulis oleh: Naofan Faozan di Blognya 
Sumber gambar: amazon.co.uk
Read More

Sunday, 1 March 2015

Queen on Fire-Live at the Bowl (1982)-Review#1

Oleh: Arief Nur Cahyo


Konser Queen di Milton Keynes Bowl merupakan bagian dari tur Hot Space yang dilaksanakan di Inggris. Sebelumnya konser ini sebenarnya direncanakan akan diadakan di London, namun kedatangan Paus Vatikan, Johannes Paulus II memaksa konser di London tersebut dibatalkan dan sebagai gantinya Queen mengadakan konser di Milton keynes Bowl pada tanggal 5 Juni 1982. Pertunjukan di Milton Keynes merupakan gambaran dari pertunjukan live Queen pada tahun 1980an yang saat itu berada dalam kondisi prima.

Pada bagian awal konser kita akan disuguhkan sebuah lagu yang langsung membuat suasana konser memanas dengan lagu “The Hero” yang merupakan lagu terakhir dalam album Flash Gordon dan bisa dikatakan merupakan satu-satunya lagu dari album Flash Gordon yang dibawakan secara live. Setelah lagu “The Hero” Queen lantas terus meningkatkan eskalasinya dan terus membuat konser semakin memanas dengan lagu “We Will Rock You” yang dibawakan dalam bentuk yang sudah dimodifikasi sejak tahun 1978.

Setelah lagu “We Will Rock You”, penonton kemudian disuguhkan lagu baru dari album Hot Space yaitu “Action This Day”. Terjadi perbedaan yagn sangat tajam antara versi live dengan versi studio album. Pada konser kali ini, perbedaan itu ditunjukkan secara jelas. Synthesizer digunakan sebagai pengganti intro Saksofon. Lagu ini pun dalam versi Live nya juga mengalami modifikasi dibagian akhirnya. Bagian akhirnya diperpanjang dengan riff-riff gitar dari Brian May dan improvisasi vokal dari Freddie. Namun kalo anda jeli, akan ada sedikit perubahan yang membuat kita terheran. Mengapa Brian tiba-tiba mengganti Red Specialnya dengan Red Special versi Birch dengan warna kuning pasir.

Ternyata, ketika membawa lagu “We Will Rock You” sebelumnya, Gitar red special Brian mengalami masalah dengan putusnya dua senar yaitu senar pertama dan kedua. Sehingga untuk mengatasi kendala tersebut selama konser siasat tercepat saat itu adalah menggantinya dengan gitar cadangan. Setelah membawakan “Action This Day”, kemudian Queen membawa sebuah tembang hits dari album ”The Game” (1980) yaitu “Play The Game”. Lagu ini yang sejatinya dibuka dengan intro Synthesizer kini dibuka dengan intro piano dari Freddie. Pada bagian interlude lagu, penggunaan instrumen Synthesizer masih terasa jelas walau tertutup dengan permainan piano Freddie.

Setelah lagu “Play The Game”, ada jeda sejenak yang dilauangkan Freddie untuk melakukan sebuah aksi legendaris yang selalu dilakukannya di atas panggung yaitu menyulangi penonton dengan melemparkan isi minuman dalam gelas tersebut ke arah penonton. Freddie juga membuat sebuah klarifikasi terkait perubahan sound dalam album yang dianggap agak meresahkan para fans Queen. Freddie membuat klarifikasi bahwa mereka hanya mencoba sebuah jenis musik baru yaitu Disco Rock dan dia juga menegaskan bahwa Queen tidak kehilangan nuansa rock n roll nya. Kemudian berlanjut kepada lagu selanjutnya yaitu “Staying Power”.

Seperti hal nya lagu “Action This Day”, lagu “Staying Power” ini benar-benar berbeda saat dibawakan dalam versi live. Dalam versi live, lagu ini cenderung lebih nge-Rock daripada versi live studionya. Dalam lagu “Staying Power” ini, kita juga melihat sebuah fakta unik yaitu untuk pertama kalinya John Deacon bermain gitar dalam konser. Kualitas permainan gitarnya pun memang tidak sehebat Brian May namun John Deacon mampu mengimbangi permainan Brian May. Ulikan gitar John Deacon dalam lagu ini serasa mendengar ulikan gitar gitaris dari band soul Amerika tahun 1980-an.

Setelah lagu “Staying Power”, penonton disuguhkan salah satu powerful anthem dari Queen yaitu “Somebody to Love”. Pembukaan pada lagu ini agak berbeda dengan versi live studionya dan sebelum memulai Freddie berseru “Are You Ready, Brothers and Sisters?”. Pada bait pertama lagu Freddie bermain piano sebelum akhirnya berpindah dengan menggunakan microphone legendarisnya.  Dalam lagu ini Freddie memperlihatkan ciri khasnya kembali yaitu memimpin para fansnya untuk sing along. Lagu ini ditutup dengan aksi Freddie menduduki tuts-tuts piano dengan bokongnya.

Selanjutnya Queen kembali memanaskan suasana panggung dengan lagu rock legendarisnya yaitu “Now I’m Here”. Walaupun tidak sesukses “Bohemian Rhapsody” atau bahkan “Killer Queen” yang satu album dengan lagu tersbut, “Now I’m Here” bisa dikatakan lagu yang cukup tahan lama dan sering dibawakan sejak konser Rainbow 1974 dengan beragam variasi dan modifikasi. Dalam konser kali ini Queen menggunakan modifikasi yang digunakan sejak tur “The Game”. Yaitu pertama Queen akan memainkan lagu “Now I’m Here” hingga intro gitar Brian May dan berakhir di reffrain. Lalu Freddie akan mengajak penonton untuk sing along bersamanya yang ditutup dengan solo drum dari Roger.

Selanjutnya Queen akan membawakan lagu “Dragon Attack”. Modifikasi seperti ini tetap digunakan pada saat Queen manggung di Bowl. Lagu “Dragon Attack” ini benar-benar mendekati versi studionya yaitu ketika John memainkan impromptu solonya pada bagian interlude. Disusul kemudian permainan solo gitar dari Brian May. Kemudian alur lagu ini kembali masuk pada bagian akhir lagu “Now I’m Here” tersebut. Lagu ini seperti biasa ditutup dengan solo drum roger yang agresif.

Kemudian konser memasuki sesi cooling down ketika Brian dan Freddie membawakan lagu “Love Of My Life”. Penonton yang sangat familiar dengan lagu yang berasal dari album “A Night At The Opera” ini, tanpa dikomando Freddie langsung bernyanyi bersama. Lagu selanjutnya menyusul sebuah lagu balada dari album “The Game “yang cukup terkenal yaitu “Save Me”. Terjadi modifikasi khusus pada lagu ini yaitu penambahan intro piano dari Brian sejak tur di Jepang tahun 1981. Namun intro gitar Brian pada bagian interlude kurang lebih mendekati versi albumnya.

Lagu berikutnya adalah lagu baru dari “Hot Space” yang ditulis oleh john Deacon yaitu “Back Chat”. Lagu ini dibawakan dengan gaya yang tidak jauh berbeda dari versi album studionya. Hanya saja Roger menggunakan drum machine pada bagian interlude saja (berbeda dengan versi album yang seluruhnya menggunakan drum machine). Lagu ini juga mengalami improvisasi dengan adanya permainan solo bass dari Deacon dan solo gitar dari Brian.

“Get Down Make Love” lagu yang kontoroversial dan vulgar dari Queen menjadi list selanjutnya. Lagu ini tidak dibawakan secara utuh karena selanjutnya diisi dengan solo gitar dari Brian May. Pada bagian akhir solo gitar, Roger Taylor bergabung sebelum ia akhirnya memainkan solo drumnya sendiri yang hampir tidak pernah ia lakukan (kecuali di Montreal, 1981 Roger bermain timfani secara solo). Kemudian solo drum ini disambung dengan lagu “Under Pressure”.

Bisa dibilang cara Queen membawakan lagu “Under Pressure” secara live menunjukkan betapa dahsyatnya versi album studio lagu tersebut. Dalam konser ini Freddie juga gagal melakukan tarikan vokal falsetto seperti yang ia lakukan pada versi album. Roger juga membantu Freddie pada bagian vokal untuk menggantikan David Bowie. Lagu selanjutnya juga tak kalah menarik dan kontroversial dari “Get Down Make Love” yaitu “Fat Bottomed Girls”.

Cara unik Freddie untuk mengetes para fansnya ketika hendak memainkan lagu selanjutnya terkadang memberi sebuah petunjuk. Freddie melakukannya dengan memberi kode yaitu tangannya yang menunjuk ke arah bokongnya. Versi live lagu ini juga sangat lebih powerful dari unsur musiknya berbeda dengan versi studio album yang lebih powerful pada suaranya.

Selanjutnya, Queen kembali mengajak penontonnya untuk menikmati masa-masa rockabilly 1950an-1960an kembali dengan sebuah lagu dari album “the Game” berjudul “Crazy Little Thing Called Love”. Freddie yang mulai bermain gitar pada lagu ini sejak tahun 1979, membuat sebuah “pengakuan dosa kecil” bahwa sejak tahun 1972 hingga 1982 (tahun ketika Queen manggung di Bowl) Freddie mengaku hanya mengetahui tiga kunci gitar saja. Pada lagu ini Queen, memboyong pemain tambahan yaitu Morgan Fisher (seorang keyboardist dan pianist profesional dari Inggris) untuk bermain piano.

Kini saatnya untuk lagu masterpiece dari Queen yaitu “Bohemian Rhapsody”. Versi live dalam lagu ini langsung pada bagian popnya (yang diawali dengan lirik “Mama, just killed a man”) sedangkan bagian operanya Queen menggunakan teknologi backing tape yang sudah diterapkan sejak tur “Jazz” (1978).Lagu ini ditutup dengan gaya khas Roger dalam lagu ini yaitu memukul Gong Paiste.  Dari Bohemian Rhapsody, penonton kembali dibuat panas dengan lagu heavy rock andalan Queen lainnya yaitu Tie Your Mother Down pada lagu ini permainan solo gitar Brian dengan sliding gitar (teknik yang biasa digunakan dalam musik blues) tidak berubah. Selanjutnya penonton disuguhkan oleh sebuah lagu bernuansa soul menjadi salah satu trademark bagi Queen yaitu “Another One Bites The Dust”. Pada bagian interlude Freddie meaminkan improvisasi vokalnya dengan baik.

Selanjutnya penonton kembali digiring kepada salah satu lagu heavy rock  andalan Queen yang berjudul “Sheer Heart Attack” dari album “News of The World”. Permainan drum Roger dalam lagu ini lebih cepat dari versi albumnya. Freddie juga memunculkan gaya liarnya dengan mengigit dan menjilat gitar Brian May. Brian Juga memainkan solonya dengan menggunakan feedback pada gitarnya. Menjelang akhir konser Queen menyuguhkan kembali dua lagu legendaris dari album yang sama dengan lagu sebelumnya yaitu “We Will Rock You” dan “We Are The Champions”. Seperti tradisi Queen sejak tur “A Night At The Opera”, konser ini ditutup dengan lagu kebangsaan Inggris yang diaransemen ulang oleh Brian May yaitu “God Save The Queen”.

Kesimpulannya, adalah pada periode “Hot Space” kali ini, tur yang dilakukan oleh Queen sangat menolong album ini untuk tidak jatuh terlalu jauh dari chart dan tetap laris di pasaran musik dunia. Apabila kita melihat list-list hits single dalam album Hot Space, hanya Under Pressure lah yang benar-benar meraih sukses besar. Konser-konser Queen yang menyuguhkan hits-hits besar Queen juga benar-benar sangat menolong dalam mempertahankan reputasi Queen pasca kegagalan album Hot Space ini.
  INSTRUMEN MUSIK
PIANO :
Steinway 1972 D concert grand 8 ft 11.75 in
PERLENGKAPANNYA :
Clair Brothers crossovers.
Clair Brothers monitors.
Clair Brothers piano mixer.
Clair Brothers power supply.
Cornish DI boxes.
Cornish piano mixer.
Helpinstill pick-ups.
Klark Teknik band equalisers.
SYNTHESIZERS :
Oberheim OB-Xa
Roland Jupiter 8.
GITAR LISTRIK :
Yang sering digunakan selama konser
BHM bespoke [main]
Birch Red Special [Action This Day & Dragon Attack, digunakan ketika Red Special buatan Brian May kehilangan dua senarnya yang putus saat lagu We Will Rock You]
Fender Telecaster 1978 [Crazy Little Thing]
Fender Telecaster 1981 [Staying Power dimainkan oleh John Deacon]*
* Played by John Deacon. A Black-Gold model, CE 10484.
GITAR AKUSTIK :
Ovation Pacemaker 1615 twelve-string [Love Of My Life & Crazy Little Thing Called Love]
PERLENGKAPAN GITAR TAMBAHAN :
GITAR LISTRIK
Ampeg V-4 cabinet.
Ampeg SVT cabinet.
Boss CE-1 pedal [chorus].
Cornish treble booster.
fOXX pedal [phaser]
JBL bass bin.
2 x Maestro tape delay.
Peterson strobe tuners.
Pignose amplifiers [tuning].
12 x Vox AC30 amplifiers.
Vox pedals [phase]
GITAR AKUSTIK
Heathkit Turner A-300 amplifier [Freddie].
Music Man 210-65 amplifier. [Brian].
Peterson strobe tuners.
Read More